Raden Yayat Ruhiyat-Garut,15 September 1958
Mempunyai hobi olahraga bulu tangkis yang konsisten digelutinya hingga kini. Minimal seminggu sekali bermain bulu tangkis dan mengikuti kejuaraan. Nyaris selalu menjadi pemenang disetiap perlombaan yang diikutinya. Dalam intelejensi, ternyata memiliki IQ yang tinggi. Selalu dapat peringkat pertama di bangku sekolah. Ketika SD hanya menjalani 5 tahun saja karena sudah diperbolehkan ujian nasional walaupun masih menginjak kelas 5 SD. Jika dilihat dari tulisannya yang bagi saya "tidak terbaca" itu menggambarkan sifatnya ketika masa sekolah. Tenyata beliau hanya menggunakan satu buku untuk semua mata pelajaran. Ini mengisyaratkan bahwa beliau memang jarang menulis. Diakuinya bahwa memang beliau jarang belajar karena bisa langsung mengerti dan mengingat hanya sekali ketika diterangkan oleh gurunya. Bahkan terkadang membuat guru-gurunya pusing karena beberapa pertanyaan-pertanyaannya sulit untuk terjawab.
Sayangnya, kepintarannya tidak didukung oleh kesehatannya. Sedari kecil sudah "akrab" dengan penyakit. Karena penyakit asma yang berat, membuat daya tahan tubuhnya tidak bagus. Setiap seminggu sekali sering maelakukan kontrol dan berobat. Karena ini pula, beliau tidak dilanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Ketika itu beliau memang mengambil Analys kimia, sehingga ketika lulus langsung bekerja di suatu perusahaan Farmasi di Bandung. Yang menggelikannya, ijazah sekolahnya saja baru diambil beberapa waktu yang lalu (baca:skitar 30-an tahun kemudian) dan mengikuti reuni belum lama ini. Ternyata teman-temannya mengira beliau sudah meninggal karena ijazah yang tidak diambil-ambil, tanpa kabar dan berita. Tentunya karena pria ini sudah sakit-sakitan sewaktu sekolah, bahkan sering tidak masuk karena sakit. Mungkin inilah pertimbangan orangtuanya yang tidak menyekolahkannya hingga bergelar tinggi walaupun yakin akan kepintaran anaknya.
Saat bekerja, beliau mulai jatuh hati pada seorang gadis. Namun, rupanya pria ini kurang diminati oleh gadis ini. Mereka menjalin pertemanan secara akrab. Ketika itu, ada beberapa pria lain yang menyukai wanita idamannya. Merasa tidak termasuk kualifikasi, rupanya beliau minder dan kurang gencar mengejar wanita ini. Pria ini dianggap kolot karena lelaki usia muda seperti itu tetapi tidak merokok dan religius. Secara materi pun sulit bersaing oleh pesaingnya yang seorang pengusaha, dokter, dan bidang lainnya yang sudah jelas diatasnya dengan umur diatasnya pula. Pada suatu saat wanita ini pun menikah dengan pria lain. Hari berganti dan entah kabar dari mana, pria ini datang kembali dalam kehidupan gadis ini. Situasinya sudah berbeda, gadis ini sudah berpisah dengan suaminya dan sudah memiliki anak yang masih bayi. Karena ketulusannya, pria ini menikahi dan mengasuh anak dari wanita itu dengan penuh kasih sayang dan memberi beberapa adik bernama Raden Fitri Tasfiah (24 tahun), Lanti Nurcahyawati (21 tahun), Fajar Darussalam (19 tahun).
Walaupun dalam kondisi badan yang mudah sekali sakit, beliau tidak gentar untuk menafkahi anak dan istri-istrinya. Kepindahan kerja di Jakarta dan berdomisili di Bekasi membuatnya harus merintis dari bawah. Setia di perusahaan yang hingga kini masih dijadikan atap untuk mencari nafkah. Karena kepintarannya, maka beliau selalu diandalkan untuk menangani beberapa urusan perusahaan. Beliau sangat disegani dan di hormati. Tetapi tetap saja karena latar belakang pendidikan dan darah pribumi yang mengental, maka begitu sulit beliau meraih jabatan yang seharusnya didapatkannya. Hanya diserap oak dan pemikirannya, dengan benefit yang tidak seberapa. Bertahun-tahun menjadi kepala lab. Kondisi seperti ini membuatya bertekad untuk menyekolahkan anaknya hingga tinggi. Minimal harus meraih s1, karena beliau sadar pendidikan itu sangat berpengaruh dalam karir. Sesungguhnya warisan yang paling penting adalah ilmu, jika harta bisa habis, tetapi jika ilmu tidak mungkin hilang bahkan bisa menjadi bekal untuk mendapat harta (Yayat Ruhiyat). Sebenarnya beliau meghadapi kesulitan dalam segi materi, mengingat biaya sekolah memang mahal. terlebih ada empat yang harus dibiayainya. Tetapi memang beliau pantang menyerah. Beliau mencari penghasilan tambahan di hari lain (sabtu) dan usaha yang hingga kini masih digelutinya.
Masa keterpurukan dimulai tahun 2006, ketika itu beliau di vonis kerusakan hati(Liver) yang akut. Kerusakan ini akibat ketergantungannya dengan obat-obatan (terutama obat asma). Situasi dilematis pun tiba. Di satu sisi, beliau amat membutuhkan obat-obatan itu demi menyambung hidupnya, disisi lain obat-obatan itu mempunyai efek samping menyebabkan penyakit ini. Vonis dokter mengatakan beliau hanya bertahan hingga dua tahun lagi, bahkan tidak mencapai usia 55. Awalnya berita ini mencairkan ketegarannya. Mulai berwasiat kepada keluarga besarnya dan menitipkan anak istrinya jika nanti tiada. Tetapi Allah SWT maha penentu dan hakim sesungguhnya di muka bumi ini. Hingga kini beliau masih mampu hidup dan bertahan. Bahkan kini telah dikaruniai dua orang cucu bernama Muhammad Shafarrel Fadhal (23 bulan) dan Zalfa Faiha Sakhi (18 bulan) yang menambah semangat hari-harinya.
Walaupun banyak melewati hari-hari sulit, tetapi beliau adalah orang yang ceria dan humoris. membuat ramai suasana. Selain itu memiliki wibawa yang sangat tinggi. Karena sosoknya yang religius serta menyenangkan.Bukan hanya dalam keluarga, tetapi dalam kehidupan sosial. Dalam kehidupan sosial beliau perbah menjadi ketua RT, ketua RW, dan ketua DKM Masjid. Bahkan beberapi ditawari menjadi kader partai politik. Namun rupanya beliau tidak berminat berpolitik. beliau hanya mau mengurusi kegiatan-kegiatan yang bersifat ibadah saja. Menurutnya, jika mengurusi hal-hal yang bersifat ibadah, keuntungannya jelas yaitu untuk bekal di akhirat. Pesannya: "Selama menjadi manusia di dunia, urusan dunia dan akhirat harus seimbang. Kita tetap perlu menjaga hubungan baik sesama manusia dan mencari materi karena itulah bekal untuk di dunia. Akan tetapi, jangan melupakan urusan akhirat karena hidup di dunia hanya sementara. Carilah rezeki yang halal karena akan lebih bermanfaat dan jangan lupa akan shalat (ibadah) karena itulah bekal untuk di kehidupan nanti." (Yayat Ruhiyat)
Lelaki berusia 52 tahun, mempunyai satu istri, 4 anak dan 2 cucu. Masih menyekolahkan dua anaknya yang masih kuliah di Universitas Padjadjaran Bandung. Walaupun riwayat penyakitnya yang sebenarnya tidak memperbolehkannya terlalu lelah dan stress, namun beliau masih saja membanting tulang untuk keluarga. Terlebih anaknya yang single parent membuat bebannya justru semakin bertambah. Beliau tidak tega melepas putrinya seorang diri berjuang menghidupi anaknya yang masih amat kecil. Hingga kini tetap bekerja di PT. Ika Pharmindo Putramas dengan jabatan manager produksi (baru didapatkannya tahun ini) dengan usaha tambahannya yang siklusnya pun naik turun. Tetap menjadi sosok yang bersahaja dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Rumah di perumahan Narogong Indah adalah rumah pertamanya yang hingga kini masih ditempatinya. Rumah kecil yang masih belum diperbesar. Baginya, menyekolahkan anak-anaknya yang utama. Sudah tidak memikirkan urusan materi dan lebih ingin memperbanyak bekal akhirat jika nanti tutup usia.
(Sumber: Observasi Langsung selama 24 tahun)
i promise,, i'll make u proud of me..
BalasHapusbecouse i love u papah... :)
Thanks Allah...
cute... lanjut nulis fit...^^
BalasHapusnice blog...like this...
BalasHapus